Satu Jam di Sore Itu
Di siang hari yang terik, berbelanja
ke mall mungkin merupakan salah satu pillihanmu bukan? Terutama jika kau
memiliki jalan alternatif dari rumahmu menuju mall tersebut. Sehingga kau tak
perlu berjumpa dengan raja siang yang ganas itu. Begitu pula halnya dengan ku.
Aku memiliki sebuah tempat rahasia. Yup rahasia! Kenapa ku katakan rahasia?
Karena dari rumah Bibiku, aku bisa langsung sampai ke lantai 2 mall tersebut. Aku
hanya perlu melewati sebuah tangga melingkar yang amat sempit, atau aku bisa memanjat di dekat kamar utama, dan di
atas pintu kamar itu aku akan menemukan sebuah celah yang tertutup rapat
(seperti tak ada celah). Dari celah sempit itu aku bisa masuk dan melewati
beberapaa anak tangga, dan aku akan sampai di lantai 1 mall tersebut. Tak ada
yang tau jalan rahasia ini. Kecuali keluarga Bibiku dan aku tentunya.
Dan jadilah siang itu aku berniat ke
mall yang ternama di kota kami ini, melewati rumah Bibi. Namun apakah kau tau?
Aku mengalami kesialan. Ntah mengapa aku gamang melewati tangga yang melingkar
spiral dan amat kecil itu. Aku benar-benar tak bisa melewatinya. Padahal
biasanya aku dan kakak sepupuku dapat dengan santai melewati tangga tersebut.
Karena itu, aku memutuskan untuk menggunakan jalan lain. Yup. Celah di atas
pintu itu. Dan ketika aku hendak mengambil tangga khusus untuk mencapai celah
tersebut, lagi-lagi aku gagal. Anak tangga tersebut rapuh dan tak mampu
menopang berat badanku. Disaat itu aku kecewa dan ingin membatalkan rencanaku
untuk pergi.
Ketika aku berbalik badan hendak pergi, ku dapati bibi, kakak sepupu dan
abang sepupu ku tersenyum di belakang ku. Bibi dan kakak sepupuku, sebut saja
namanya Putri, membantu ku untuk menaiki tangga tersebut. Dan abang sepupu ku,
aku memanggilnya Bang Tama, ia menyemangati ku dan meyakinkan aku bahwa aku
bisa menggapai celah tersebut. Maka akupun kembali berusaha. Dan taukah kau?
Ketika aku berhasil manggapai celah tersebut dan hendak masuk ke dalamnya, aku
terinngat untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah
menolongku. Akupun menoleh ke bawah dan terperangah. Bibi, Kak Putri, dan Bang
Tama tersenyum kepada ku. Itu senyum yang benar-benar tulus, dan menyejukkan
hati. Ketika aku membalas senyuman tersebut dan menyatakan ucapan terima kasih,
perlahan mereka bertiga menghilang dari pandangan ku. Aku panik dan berusaha
mencari mereka. Namun bibir ini tak mau digerakkan. Suara ku tak mampu ku
dengar. Dan aku akhirnya terbangun dari mimpi sore itu, dengan bersimbah
keringat dan air mata yang mengalir tanpa ku sadari.
Aku baru saja bermimpi. Ku lihat jam
yang ada di samping kasur ku. Jam setengah 5 sore. Berarti aku telah tertidur
selama satu jam. Aku berusaha mengenang lagi mimpi yang baru saja ku alami. Ntah
mengapa air mata ku mengalir semakin deras. Ya aku akui. Aku sungguh merindukan
Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama. Bibi adalah adik dari ayahku. Bagiku, mereka
bertiga adalah orang-orang yang ku percayai dan ku sayangi setelah kedua orang
tua ku. Karena aku tau, semenjak aku masih orok, mereka bertiga telah bersedia
menjaga dan menyayangiku tanpa diminta. Sedikit bernostalgia, aku teringat
ketika aku masih bocah dulu, kira-kira berusia 2 tahun, aku sering dijahili
oleh kakak dan abang ku itu. Mereka suka mengganti chanel TV yang sedang ku
tonton. Lalu mengambil remotnya dan bersembunyi di bawah tempat tidur.
Bahkan hingga aku besar. Saat SD
kami ke sekolah bersama. Bang Tama selalu melindungi ku dari anank-anak nakal
di sekolah. Dan Kak Putri amat senang mengajakku bermain boneka di rumah. Saat
aku sudah SMP, aku pindah ke kota lain, dan kami hanya bisa berjumpa di saat
lebaran. Tetapi mereka masih sering menanyakan kabar ku via telepon. Bibi juga
sangat menyayangi ku. Bibi pintar masak dan mau membuat apapun jenis makanan
yang aku inginkan.
Tetapi, 3 tahun terakhir ini, aku tak lagi
berkomunikasi dengan mereka. Ada masalah keluarga yang tak ku pahami. Dan ini
merembet kepada kebahagiaan ku. Aku teramat merindukan mereka.
Dan mimpi barusan seolah mengatakan
bahwa Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama, selalu mendukukng ku untuk menggapai
kebahagiaan ku. Mereka selalu ada untuk menyemangati ku. Meski kami kini tak
lagi saling berkomunikasi. Aku sungguh merindukan mereka. Dan tiba-tiba Bunda
masuk ke kamar ku. Bunda memeluk ku dan berkata, “Sayang… Bibi, Kak Putri, dan
Bang Tama mengalami kecelakaan dan sekarang kita akan segera ke Pekan baru.
Kita harus ke rumah duka, Nak. Mereka telah tiada”
“apa Bunda? Rumah duka? Bunda…”
setelah itu semua gelap. Dan aku tak lagi menyadari apapun. Ada hal yang ingin
ku katakana “Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama. Tia amat merindukan kalian.
Mengapa hanya hadir sejenak di mimpi Tia? Mengapa tak hadir lagi di hidup Tia?
Tia menyayangi kalian. Bahagialah di sana. Karena kalian adalah orang baik”
TAMAT
Diceritakan
kembali dari kisah seorang teman J
0 komentar: