Satu Jam di Sore Itu

2:45:00 PM Desi Raviska 0 Comments



            Di siang hari yang terik, berbelanja ke mall mungkin merupakan salah satu pillihanmu bukan? Terutama jika kau memiliki jalan alternatif dari rumahmu menuju mall tersebut. Sehingga kau tak perlu berjumpa dengan raja siang yang ganas itu. Begitu pula halnya dengan ku. Aku memiliki sebuah tempat rahasia. Yup rahasia! Kenapa ku katakan rahasia? Karena dari rumah Bibiku, aku bisa langsung sampai ke lantai 2 mall tersebut. Aku hanya perlu melewati sebuah tangga melingkar yang amat sempit, atau  aku bisa memanjat di dekat kamar utama, dan di atas pintu kamar itu aku akan menemukan sebuah celah yang tertutup rapat (seperti tak ada celah). Dari celah sempit itu aku bisa masuk dan melewati beberapaa anak tangga, dan aku akan sampai di lantai 1 mall tersebut. Tak ada yang tau jalan rahasia ini. Kecuali keluarga Bibiku dan aku tentunya.
            Dan jadilah siang itu aku berniat ke mall yang ternama di kota kami ini, melewati rumah Bibi. Namun apakah kau tau? Aku mengalami kesialan. Ntah mengapa aku gamang melewati tangga yang melingkar spiral dan amat kecil itu. Aku benar-benar tak bisa melewatinya. Padahal biasanya aku dan kakak sepupuku dapat dengan santai melewati tangga tersebut. Karena itu, aku memutuskan untuk menggunakan jalan lain. Yup. Celah di atas pintu itu. Dan ketika aku hendak mengambil tangga khusus untuk mencapai celah tersebut, lagi-lagi aku gagal. Anak tangga tersebut rapuh dan tak mampu menopang berat badanku. Disaat itu aku kecewa dan ingin membatalkan rencanaku untuk pergi.
            Ketika aku berbalik badan  hendak pergi, ku dapati bibi, kakak sepupu dan abang sepupu ku tersenyum di belakang ku. Bibi dan kakak sepupuku, sebut saja namanya Putri, membantu ku untuk menaiki tangga tersebut. Dan abang sepupu ku, aku memanggilnya Bang Tama, ia menyemangati ku dan meyakinkan aku bahwa aku bisa menggapai celah tersebut. Maka akupun kembali berusaha. Dan taukah kau? Ketika aku berhasil manggapai celah tersebut dan hendak masuk ke dalamnya, aku terinngat untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah menolongku. Akupun menoleh ke bawah dan terperangah. Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama tersenyum kepada ku. Itu senyum yang benar-benar tulus, dan menyejukkan hati. Ketika aku membalas senyuman tersebut dan menyatakan ucapan terima kasih, perlahan mereka bertiga menghilang dari pandangan ku. Aku panik dan berusaha mencari mereka. Namun bibir ini tak mau digerakkan. Suara ku tak mampu ku dengar. Dan aku akhirnya terbangun dari mimpi sore itu, dengan bersimbah keringat dan air mata yang mengalir tanpa ku sadari.
            Aku baru saja bermimpi. Ku lihat jam yang ada di samping kasur ku. Jam setengah 5 sore. Berarti aku telah tertidur selama satu jam. Aku berusaha mengenang lagi mimpi yang baru saja ku alami. Ntah mengapa air mata ku mengalir semakin deras. Ya aku akui. Aku sungguh merindukan Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama. Bibi adalah adik dari ayahku. Bagiku, mereka bertiga adalah orang-orang yang ku percayai dan ku sayangi setelah kedua orang tua ku. Karena aku tau, semenjak aku masih orok, mereka bertiga telah bersedia menjaga dan menyayangiku tanpa diminta. Sedikit bernostalgia, aku teringat ketika aku masih bocah dulu, kira-kira berusia 2 tahun, aku sering dijahili oleh kakak dan abang ku itu. Mereka suka mengganti chanel TV yang sedang ku tonton. Lalu mengambil remotnya dan bersembunyi di bawah tempat tidur.
            Bahkan hingga aku besar. Saat SD kami ke sekolah bersama. Bang Tama selalu melindungi ku dari anank-anak nakal di sekolah. Dan Kak Putri amat senang mengajakku bermain boneka di rumah. Saat aku sudah SMP, aku pindah ke kota lain, dan kami hanya bisa berjumpa di saat lebaran. Tetapi mereka masih sering menanyakan kabar ku via telepon. Bibi juga sangat menyayangi ku. Bibi pintar masak dan mau membuat apapun jenis makanan yang aku inginkan.
Tetapi, 3 tahun terakhir ini, aku tak lagi berkomunikasi dengan mereka. Ada masalah keluarga yang tak ku pahami. Dan ini merembet kepada kebahagiaan ku. Aku teramat merindukan mereka.
            Dan mimpi barusan seolah mengatakan bahwa Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama, selalu mendukukng ku untuk menggapai kebahagiaan ku. Mereka selalu ada untuk menyemangati ku. Meski kami kini tak lagi saling berkomunikasi. Aku sungguh merindukan mereka. Dan tiba-tiba Bunda masuk ke kamar ku. Bunda memeluk ku dan berkata, “Sayang… Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama mengalami kecelakaan dan sekarang kita akan segera ke Pekan baru. Kita harus ke rumah duka, Nak. Mereka telah tiada”
            “apa Bunda? Rumah duka? Bunda…” setelah itu semua gelap. Dan aku tak lagi menyadari apapun. Ada hal yang ingin ku katakana “Bibi, Kak Putri, dan Bang Tama. Tia amat merindukan kalian. Mengapa hanya hadir sejenak di mimpi Tia? Mengapa tak hadir lagi di hidup Tia? Tia menyayangi kalian. Bahagialah di sana. Karena kalian adalah orang baik”

TAMAT
Diceritakan kembali dari kisah seorang teman J

You Might Also Like

0 komentar: